Banjir Jakarta kian menjadi-jadi. Tak cuma titik banjirnya,
tapi juga dampaknya. ”Dimensi dan masalah banjir di Jakarta terus
meningkat,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, Selasa, 15 Januari 2013.
Menurut Sutopo, dalam perkembangannya, Jakarta tak akan bebas banjir secara mutlak. Berbagai upaya penanganan selalu kalah cepat dibanding dengan faktor penyebab karena sungai yang semakin mandul dalam menjalankan fungsinya mengalirkan banjir.
“Kali Ciliwung hilir, Angke, Pesanggrahan, dan Krukut hanya mampu mengalirkan kurang dari 30% banjir yang ada,” kata Sutopo. “Tidak heran jika selalu banjir.”
Banjir kemarin memang terjadi di banyak tempat. Luapan Ciliwung terjadi di beberapa titik seperti Kampung Pulo dan Condet, Jakarta Timur. Sebanyak lebih dari seribu warga mengungsi. Bahkan banjir di Kampung Pulo sampai kini belum surut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan jumlah titik banjir di Jakarta akibat hujan deras sepanjang hari kemarin mencapai puluhan titik. Rawa Buaya dimana 2000 warga mengungsi, Kapuk Muara dimana tiga kelurahan terendam, dan Kampung Pulo yang warganya kedinginan karena hujan dan banjir kiriman dari Bogor, hanya segelintir diantaranya.
Di Rawa Buaya , Cengkareng, Jakarta Barat, hujan juga menyebabkan Sungai Mookervart melimpas untuk kesekian kalinya. Banjir meninggi hingga lebih dari 2.000 warga mengungsi. Mereka tersebar di empat titik yaitu Sentra Pedagang Kaki Lima Rawa Buaya, Sekretariat RW 1, Duta Indah Karya, dan SD Trinitas.
Selain Rawa Buaya, sejumlah lokasi di Cengkareng juga ikut terendam air limpasan Sungai Mookervart itu. "Ada titik genangan di enam kelurahan di Cengkareng terutama di Duri Kosambi, Kapuk, dan tepi Kali Angke," kata Junaedi, Camat Cengkareng.
Cengkareng Drain pun tak sanggup menampung hujan. Kanal itu ikut meluap dan drainasenya bocor, menyebabkan jumlah pengungsi bertambah banyak . Kepala Seksi Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Bambang Surya, mengatakan, total jumlah pengungsi mencapai 4800 orang.
Ribuan warga yang berada di tiga rukun warga di Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, juga terendam banjir sejak pagi hari. Disini hujan berkolaborasi dengan rob. “Genangan ini lebih tinggi dibandingkan banjir Desember lalu, saat ini mencapai 50 centimeter," kata Heru, warga setempat.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menyebutkan banjir di Ibu Kota lebih banyak disebabkan oleh curah hujan lokal yang tinggi dan penyusutan daya tampung sungai. “Sehingga, penanganan banjir harus dilakukan secara on the spot,” ucap dia.
Menurut dia, hal yang sangat mendesak dilakukan adalah memperbesar daya tampung air di sungai-sungai di Jakarta. Karena itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah provinsi DKI Jakarta terus berupaya memperbesar daya tampung sungai.
“Kami sedang melakukan normalisasi dan pengerukan dasar sungai supaya dapat lebih banyak menampung air dan mengalirkannya menuju hilir,” kata Dardak.
Ia mencontohkan pembangunan Kanal Banjir Timur yang sukses mengatasi banjir di wilayah Cipinang dan sekitarnya. Pembangunan kanal tersebut telah memperbesar daya tampung air secara signifikan saat debit air sungai di sekitarnya meninggi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memastikan tersedianya bantuan untuk masyarakat korban banjir. Dia menginstruksikan bantuan itu disalurkan tepat waktu. "Makanan harus ada, jangan sampai terlambat," kata dia di Balai Kota, kemarin.
Banjir di Jakarta juga sudah mempengaruhi sektor ekonomi. Banjir telah mengganggu suplai makanan dan barang ke industri.
sumber : http://www.tempo.co/read/fokus/2013/01/16/2704/Banjir-Jakarta-Kian-Merajalela
Menurut Sutopo, dalam perkembangannya, Jakarta tak akan bebas banjir secara mutlak. Berbagai upaya penanganan selalu kalah cepat dibanding dengan faktor penyebab karena sungai yang semakin mandul dalam menjalankan fungsinya mengalirkan banjir.
“Kali Ciliwung hilir, Angke, Pesanggrahan, dan Krukut hanya mampu mengalirkan kurang dari 30% banjir yang ada,” kata Sutopo. “Tidak heran jika selalu banjir.”
Banjir kemarin memang terjadi di banyak tempat. Luapan Ciliwung terjadi di beberapa titik seperti Kampung Pulo dan Condet, Jakarta Timur. Sebanyak lebih dari seribu warga mengungsi. Bahkan banjir di Kampung Pulo sampai kini belum surut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan jumlah titik banjir di Jakarta akibat hujan deras sepanjang hari kemarin mencapai puluhan titik. Rawa Buaya dimana 2000 warga mengungsi, Kapuk Muara dimana tiga kelurahan terendam, dan Kampung Pulo yang warganya kedinginan karena hujan dan banjir kiriman dari Bogor, hanya segelintir diantaranya.
Di Rawa Buaya , Cengkareng, Jakarta Barat, hujan juga menyebabkan Sungai Mookervart melimpas untuk kesekian kalinya. Banjir meninggi hingga lebih dari 2.000 warga mengungsi. Mereka tersebar di empat titik yaitu Sentra Pedagang Kaki Lima Rawa Buaya, Sekretariat RW 1, Duta Indah Karya, dan SD Trinitas.
Selain Rawa Buaya, sejumlah lokasi di Cengkareng juga ikut terendam air limpasan Sungai Mookervart itu. "Ada titik genangan di enam kelurahan di Cengkareng terutama di Duri Kosambi, Kapuk, dan tepi Kali Angke," kata Junaedi, Camat Cengkareng.
Cengkareng Drain pun tak sanggup menampung hujan. Kanal itu ikut meluap dan drainasenya bocor, menyebabkan jumlah pengungsi bertambah banyak . Kepala Seksi Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Bambang Surya, mengatakan, total jumlah pengungsi mencapai 4800 orang.
Ribuan warga yang berada di tiga rukun warga di Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, juga terendam banjir sejak pagi hari. Disini hujan berkolaborasi dengan rob. “Genangan ini lebih tinggi dibandingkan banjir Desember lalu, saat ini mencapai 50 centimeter," kata Heru, warga setempat.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menyebutkan banjir di Ibu Kota lebih banyak disebabkan oleh curah hujan lokal yang tinggi dan penyusutan daya tampung sungai. “Sehingga, penanganan banjir harus dilakukan secara on the spot,” ucap dia.
Menurut dia, hal yang sangat mendesak dilakukan adalah memperbesar daya tampung air di sungai-sungai di Jakarta. Karena itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah provinsi DKI Jakarta terus berupaya memperbesar daya tampung sungai.
“Kami sedang melakukan normalisasi dan pengerukan dasar sungai supaya dapat lebih banyak menampung air dan mengalirkannya menuju hilir,” kata Dardak.
Ia mencontohkan pembangunan Kanal Banjir Timur yang sukses mengatasi banjir di wilayah Cipinang dan sekitarnya. Pembangunan kanal tersebut telah memperbesar daya tampung air secara signifikan saat debit air sungai di sekitarnya meninggi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memastikan tersedianya bantuan untuk masyarakat korban banjir. Dia menginstruksikan bantuan itu disalurkan tepat waktu. "Makanan harus ada, jangan sampai terlambat," kata dia di Balai Kota, kemarin.
Banjir di Jakarta juga sudah mempengaruhi sektor ekonomi. Banjir telah mengganggu suplai makanan dan barang ke industri.
sumber : http://www.tempo.co/read/fokus/2013/01/16/2704/Banjir-Jakarta-Kian-Merajalela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar